Sandy Chuday: Gitaris Grunge yang Menemukan Passion dan Cinta di Musik

Trendnews – Wira Sandi Yudha, atau yang akrab disapa Sandy Chuday, adalah nama yang cukup dikenal di dunia musik Kalimantan Barat.

Pria kelahiran Purwakarta, Jawa Barat ini menetap di Singkawang pada tahun 1990, mengikuti sang ayah yang bertugas di wilayah tersebut.

Sejak SMP, Sandy sudah jatuh cinta pada gitar. Kemampuannya bermain musik berawal dari ajaran sang ayah (Alm.) dan kemudian berkembang secara otodidak.

Saat duduk di bangku SMA, ia sempat mengikuti kursus musik meskipun tidak selesai karena harus pindah mengikuti tugas ayahnya yang seorang anggota TNI.

“Dari kecil saye sudah terbiasa hidup nomaden, karena profesi almarhum ayah,” ungkap Sandy ke Trendnews.

Inspirasi Sandy dalam bermusik datang dari Kurt Cobain, gitaris band Nirvana.

Menurut Sandy, Kurt Cobain adalah sosok yang autentik dalam bermusik dan menghasilkan karya-karya yang natural.

Aliran musik yang menjadi favoritnya adalah grunge, meski ia mengakui bahwa idealisme sering kali harus berbenturan dengan realitas.

“Di Indonesia ini, sulit untuk jadi idealis, akhirnya ya balik lagi ke urusan perut,” ucapnya sambil tertawa.

Di awal tahun 2000-an, Sandy sempat bergabung dengan sebuah grup band bernama Chuday, di mana ia mengisi posisi gitaris sekaligus vokalis.

Namun, perjalanan band tersebut harus berakhir pada tahun 2008 ketika para personel memutuskan untuk fokus pada aktivitas masing-masing.

Sejak saat itu, Sandy lebih memilih berkarier sebagai solois.

Hampir seluruh kabupaten dan kota di Kalimantan Barat pernah ia kunjungi untuk tampil di berbagai acara musik.

Salah satu momen yang paling berkesan baginya adalah saat ia melakukan tur keliling Kalimantan Barat selama satu tahun penuh pada event Pekan Raya Borneo.

Baca Juga  Opadino Bangkitkan SEA Reborn dan Ciptakan Wadah Kreatif 'Makanbebs'

“Kalau ke luar Kalimantan, saye pernah diundang manggung di JCC, Jakarta, pada perayaan Hari Lahir Pancasila dan ulang tahun Bung Karno tahun 2017,” katanya.

Tahun 2019 menjadi momen penting dalam hidupnya. Selain mendapatkan kontrak tur keliling Kalbar, Sandy juga menemukan tambatan hati yang kini menjadi istrinya sekaligus manajernya.

Sang istri bertanggung jawab mengatur seluruh jadwal manggung dan urusan lainnya, sehingga Sandy bisa fokus pada musik.

Sebelum terjun total ke dunia musik, Sandy pernah menjadi seorang ASN sejak tahun 2004. Namun, ia memutuskan untuk mengundurkan diri pada 2015 setelah merasa pekerjaannya tidak sesuai dengan passion.

“Selama 12 tahun kerja, saye merasa salah priuk. Musik adalah jalan hidup saye,” ujarnya.

Sejak 2016 hingga sekarang, Sandy sepenuhnya menekuni musik. Selain tampil di panggung, ia juga aktif menjadi narasumber di berbagai acara coaching clinic musik, serta mengajar gitar dalam kegiatan GSMS (Gerakan Seniman Masuk Sekolah).

“Kalau ada kegiatan lain, ya pasti tidak jauh dari musik. Selain itu, saye tidak punya pekerjaan lain,” tutup Sandy.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *