Didiq Presdir, Visioner di Balik Lensa yang Membangun Industri Kreatif Pontianak

Trendnews – Abdur Rochman Assidiq atau yang akrab disapa Didiq Presdir mungkin sudah tak asing di dunia videografi.

Pria asal Solo, Surakarta ini kini telah lama menetap di Pontianak dan menjadi salah satu sineas kenamaan di Kalimantan Barat.

“Terdamparnya di Pontianak dan sudah jadi orang Kalbar sekarang. Dulu ke Pontianak karena ada tawaran untuk jadi produser di TVRI Kalbar tahun 2010. Ternyata benar kata orang, kalau sudah minum aek Kapuas, pasti balek agik,” ujar Didiq ke Trendnews.

Ketertarikan Didiq di dunia videografi sudah dimulai sejak kecil.

Ia sering memainkan handycam milik sang abang hingga akhirnya menekuni bidang ini secara serius.

Tahun 2007, ia memutuskan untuk mendalami ilmu perfilman di Akindo Yogyakarta. Sebelumnya, ia sempat berkarya di dunia musik, ngeband, dan menciptakan lagu.

Namun, dunia audio visual dirasanya lebih luas dan menarik.

Tak butuh waktu lama, tahun 2009, Didiq mendirikan production house bernama Lensart Pictures di Yogyakarta.

Setahun berselang, ia memutuskan hijrah ke Pontianak setelah melihat besarnya potensi industri audio visual.

Minimnya persaingan menjadi peluang emas baginya untuk berkarya lebih leluasa.

Berbekal ilmu yang dimilikinya, Didiq memulai kariernya di Pontianak dengan alat pinjaman.

Kamera pertamanya adalah Canon EOS 60D yang kala itu tengah tren di kalangan videografer.

Kini, ia lebih memilih Lumix karena dianggap lebih tangguh di lapangan dengan fitur lengkap dan harga yang lebih bersahabat.

Sejumlah film telah ia garap, di antaranya Negeri di Tengah Laut, Berasadan Krayan, Minat?, Zerre Pendekar Ufuk Timur, dan Negeri Muara Langit.

Sementara di industri musik, ia turut menggarap video klip musisi ternama seperti Radja, Yofie KDI, Seventeen, Ayu Ting Ting, dan banyak lagi.

Baca Juga  Eva Manurung Pingsan Saat Anaknya, Virgoun, Ditangkap Terkait Kasus Narkoba

Salah satu pengalaman paling berkesan bagi Didiq adalah saat menggarap film di sebuah pulau terpencil di Kalimantan Barat pada 2021-2022.

“Banyak kejadian mistis beruntut yang tidak masuk akal dan dialami seluruh tim produksi,” ungkapnya.

Baginya, pra-produksi adalah kunci utama dalam sebuah proyek.

“Kalau nggak punya alat, masih bisa nyewa. Skill kurang, bisa belajar atau cari tahu. Tapi ide dan konsep itu yang paling penting,” tegasnya.

Dalam menghadapi klien, Didiq selalu memperhatikan karakter psikologis mereka.

“Kita harus tahu dulu orangnya seperti apa dan bagaimana cara komunikasi yang tepat. Tugas kita adalah mengembangkan dan memvisualisasikan ide mereka serta mengedukasi jika ada yang kurang paham soal produksi,” tambahnya.

Tak hanya di industri kreatif, Didiq kini merambah bisnis kuliner. Ia tengah mengembangkan usaha Sosis Solo, kuliner khas kota kelahirannya.

“Saya suka memasak dan ingin mengenalkan makanan khas Solo yang otentik. Alhamdulillah, banyak pelanggan yang order,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *