Atasi Kesulitan: Perjalanan Inspiratif Uli tentang Kesuksesan di Industri Hiburan

TrendNews –  Evi Yulianti, atau yang lebih akrab disapa Uli, membagikan pengalaman menantang dalam karirnya di dunia film.

Selama syuting film “Syair Kerinduan,” Uli harus menghadapi berbagai rintangan, termasuk lokasi syuting yang berada di dalam hutan dan kondisi kesehatannya yang baru saja pulih dari operasi usus dua minggu sebelum syuting dimulai.

Syuting yang berlangsung di Sirian, Malaysia, Badau, dan Lanjak ini mengharuskan Uli untuk menghafal naskah dalam bahasa Dayak Iban dalam waktu tiga hari.

Dengan dukungan suaminya dan izin dari dokter, Uli melanjutkan syuting meski harus menempuh perjalanan kaki selama satu jam melewati hutan dengan jalan yang menanjak.

“Saat itu suami mengijinkan saya ikut syuting asal mendapatkan izin dari dokter,” ungkap Uli kepada Trendnews, Selasa (30/7).

Meskipun merasa gugup dengan dialek Dayak Iban, Uli bersyukur atas bantuan penduduk setempat yang membantunya melafalkan naskah dan kesabaran sutradara.

Pengalaman ini adalah salah satu dari sekian banyak momen berkesan dalam karir Uli yang telah membintangi berbagai film, termasuk “Tanah Surga Katanya” yang meraih penghargaan film terbaik FFI tahun 2012, “Sukep the Movie,” “Meriam Karbit,” “Kurang 2 Ons,” “Risau,” “Gang Permai,” “Pacri Pace,” “Ngape Keh,” “Persimpangan yang Lurus,” “Titip Sendal,” “Syair Kerinduan,” dan “Pacar Merah.”

Film-film tersebut ditayangkan di berbagai platform seperti Indonesiana TV dan bioskop online.

“Saat Emak saya ke Jogja dan naik kereta ke Purwokerto, eeh nonton anaknye,” katanya sambil tertawa.

Awal mula dirinya terjun ke dunia hiburan. Semasa sekolah, ia merupakan pribadi pemalu dan sulit bergaul.

Sutradara dan penulis naskah di pementasan kontrakan Teater Topeng

Namun, selepas SMA, sepupunya mengajaknya bergabung dengan teater. Disitulah ia belajar teknik berbicara, artikulasi, intonasi, dan akting.

Baca Juga  Kymco Like ABS 150i: Pesona Klasik dalam Skutik Modern

Di teater, Uli juga belajar menurunkan ego, memahami kekurangan diri, dan menghargai kelebihan orang lain.

Dari pementasan teater, Uli diajak almarhum Yousuft Aba untuk terlibat dalam sitkom “Keluarga Saloi” yang tayang di TVRI pada tahun 2002.

Sejak saat itu, Uli mengenal dunia kamera TV dan pada tahun 2004, ia ditawari menjadi host di salah satu program TVRI hingga sekarang.

Beberapa acara yang dibawakannya antara lain “Warna Warni Seniman,” “Suare Orang Kecik,” “Beleter,” “Studio Mak Cik,” “Mak Cik Beleter,” “Seni Budaya Daerah,” dan “Kuliner Nusantara.”

Banyak ilmu yang didapatkan Uli di dunia broadcast, mulai dari teknik berbicara di depan kamera hingga gesture yang tepat.

Orang-orang di sekitarnya pun lebih percaya padanya, namun Uli menekankan pentingnya menjaga komitmen dan kedisiplinan dalam pekerjaan.

“Saya datang satu jam sebelum siaran untuk mengenal dan mengakrabkan diri dengan bintang tamu.

Kalau bintang tamu sudah merasa enjoy, ngomongnya juga tidak akan pelit,” ujarnya.

Di tengah kesibukannya, Uli yang pernah bercita-cita menjadi peneliti ini sempat kuliah di jurusan agronomi dengan skripsi tentang kultur jaringan.

Namun, akhirnya ia melepaskan cita-cita tersebut karena dunia hiburan yang dijalaninya memberikan kebahagiaan tersendiri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *